kurang lebih 8 tahun yang lalu, saat aku mengandung anak yang ketiga, perutku sudah besar karen usia kandunganku ketika itu sudah sembilan bulan lebih.Dengan harap-harap cemas menunggu tanda-tanda kelahiran yang belum juga memberi sinyal kapan anakku akan lahir.Aku menunggu dengan perasaan cemas,karena sudah melebihi hpl belum juga ada tanda kalau anakku ini akan lahir kedunia. Menurut adat jawa kalau hamil koq sampai hitungan saatnya
jabang bayi lahir kedunia belum ada tanda-tanda melahirkan ada tradisi adat yang dilaksanakan, semacam selamatanlah!.
Lalu dibuatlah acara yang melibatkan orang-orang terdekat sekitarku , ya... semacam kenduri kecil-kecilanlah.
Ada nasi dan lauk pauknya, jajan pasar, yang paling utama makanan semacam bubur yang orang-orang memberi nama jenang lotrok biar cepat mlotrok alias mlorot dan cepat keluarlah jabang bayi dari rahimku.
Nah salah satu lauk yang tersaji adalah ayam yang disembelih dan dimasak semacam opor atau apa itu ya kalau orang jawa menamakan ingkung.
Nah disinilah keajaiban terjadi, ayam yang sudah disembelih sejak pagi, dengan leher yang nyaris hampir putus karena disembelih, eeeh sampai sore nggak mati malah jalan-jalan kesana kemari, takut aku jadinya. Ayam apa ini, leher hampir putus, masih hidup , jalan kesana kemari. Kasihan melihat ayam itu, kami sekeluarga berembug mencari cara bagaimana ayam itu bisa mati. Akhirnya setelah tukar pendapat dengan beberapa orang, akhirnya kami menemukan cara setelah mendapat masukan dari seorang yang tahu agama, ya kyailah.Oleh kyai pantat ayam tadi dimasukkan keair, dibenamkan lama sampai akhirnya ayam itu mati.
Aku tak habis pikir, disembelih nggak mati...? dibenamkan air pantatnya baru mati...!!!!
Ya itulah kekuasaan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar